Yang jelas beberapa hari sebelum
berangkat, sudah terbayang di benak bakal makan ikan nila bakar baik
yang dibudidaya ataupun yang liar hidup di danau selama berkunjung ke
danau Ranau ini. Membayangkan minum kopi Liwa (Robusta) setelah sarapan
ataupun menjelang sore. Tak terbayang rasanya saat benar-benar menyantap
ikan Nila dan menenggak kopi sambil memandang danau.
Tanggal 24 November 2011 pagi, saya dan
Budhi Marta berangkat dari Bandar Lampung dengan mobil avanza sewaan.
Berkendara santai kami menikmati perjalanan tanpa mengeluarkan kamera
hari ini. Suasana pagi di jalan agak ramai, apalagi saat menjelang kota
Bandar jaya. Kendaraan merayap lancar. Tak dinyana, mobil yang kami bawa
ditabrak dari belakang oleh mobil sejenis. Sayang pelaku langsung kabur
dan menghilang. Sesaat rasa kesal dan marah menyelimuti. Tapi mengingat
tujuan masih jauh dan kerusakan tidak seberapa kami melanjutkan
perjalanan.
Tiba di kota Liwa kami disambut dengan
hujan gerimis. Dingin terasa menembus kulit. Menghilangkan rasa lapar
kami mampir di rumah makan Jejama langganan setiap berkunjung ke kota
bersuhu sejuk ini.
Tak seperti di tempat lain, kami tidak
menunggu lama untuk dapat menikmati ikan dengan rasa gurih ini. Tak lama
sejak disajikan, ikan nila bakar dan gulai taboh langsung habis tak
tersisa
Keinginan kami untuk minum kopi di Rumah
makan Jejama kami tahan, karena telah Budhi telah membeli kopi Sekura
yang juga langganan kami berikut gula arennya. Langsung menuju tepian
danau Ranau, melihat persiapan acara Gebyar Pesona Lumbok Ranau V dan
meninjau area untuk Budhi take off paramotor.
Gelap menjelang, kami segera menuju homestay Satria (sebelum hotel
Lumbok Ranau), ditemani oleh bang Erawan sekretaris desa yang juga hobi
paralayang.3 hari berikutnya kami sibuk motret, kecuali Budhi yang juga sibuk terbang paramotor
Berikut beberapa foto yang saya ambil di waktu pagi hari di tepian danau Ranau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar